manufactured

Minggu, 29 Mei 2011

FESES

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan sisa makanan, zat hasil sekresi saluran pencernaan, epitel usus,bakteri apatogen, asam lemak, urobilin, gas indol, skatol dan sterkobilinogen. Pada keadaan patologik seperti diare didapatkan peningkatan sisa makanan dalam tinja, karena makanan melewati saluran pencernaan dengan cepat dan tidak dapat diabsorpsi secara sempurna bahan pemeriksaan tinja sebaiknya berasal dari defekasi spontan, jika pemeriksaan sangat diperlukan contoh tinja dapat diambil dengan jari bersarung dari rektum. Untuk pemeriksaan rutin dipakai tinja sewaktu dan sebaiknya tinja iiiperiksa dalam keadaan segar karena bila dibiarkan mungkin sekali unsur unsure dalam tinja menjadi rusak. Pemeriksaan tinja terdiri atas pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kimia.

B. RUMUSAN MASALAH

Ø Apakah definisi feses ?

Ø Pemeriksaan apa saja yang digunakan ?

Ø Metode apa saja yang dipakai ?

Ø Bagaimana penyimpanan dan pengiriman feses ?

C. TUJUAN PENULISAN

· Mahasiswa dapat mengetahui definisi dan cara pemeriksaan feses

· Mahasiswa dapat mengerti cara menyimpan dan melakukan pengiriman feses.

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI FESES

Tinja atau feses adalah produk buangan saluran pencernaan hewan yang dikeluarkan melalui anus atau kloaka. Pada manusia, proses pembuangan kotoran dapat terjadi (bergantung pada individu dan kondisi) antara sekali setiap satu atau dua hari hingga beberapa kali dalam sehari. Pengerasan tinja atau feses dapat menyebabkan meningkatnya waktu dan menurunnya frekuensi buang air besar antara pengeluarannya atau pembuangannya disebut dengan konstipasi atau sembelit. Dan sebaliknya, bila pengerasan tinja atau feses terganggu, menyebabkan menurunnya waktu dan meningkatnya frekuensi buang air besar disebut dengan diare atau mencret.

Bau khas dari tinja atau feses disebabkan oleh aktivitas bakteri. Bakteri menghasilkan senyawa seperti indole, skatole, dan thiol (senyawa yang mengandung belerang), dan juga gas hidrogen sulfida. Asupan makanan berupa rempah-rempah dapat menambah bau khas feses atau tinja.

B. PENGIRIMAN TINJA

Untuk mengirim tinja wadah yang digunakan sebaiknya adalah wadah yang terbuat dari kaca yang tidak bisa ditembus seperti plastik. Kalau konsistesni tinja keras,dos karton berlapis paraffin juga boleh dipakai. Wadah harus bermulut lebar.

C. PEMERIKSAAN TINJA

Pemeriksaan penting dalam tinja ialah terhadap parasit dan telur cacing. Sama pentingnya dalam keadaan tertentu adalah test darah samar.

Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan sisa makanan, zat hasil sekresi saluran pencernaan, epitel usus, bakteri apatogen, asam lemak, urobilin, gas indol, skatol dan sterkobilinogen. Pada keadaan patologik seperti diare didapatkan peningkatan sisa makanan dalam tinja, karena makanan melewati saluran pencernaan dengan cepat dan tidak dapat diabsorpsi 3 secara sempurna

· Bahan pemeriksaan tinja sebaiknya berasal dari defekasi spontan

jika pemeriksaan sangat diperlukan contoh tinja dapat diambil dengan jari bersarung dari rektum.

· Untuk pemeriksaan rutin dipakai tinja sewaktu dan sebaiknya tinja diperiksa dalam keadaan segar karena bila dibiarkan mungkin sekali unsur unsure dalam tinja menjadi rusak. Pemeriksaan tinja terdiri atas pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kimia.

D. PENANGANAN SAMPEL

Jika akan memeriksa tinja pilihlah bagian tinja yang memberikan kemungkinan sebesar besarnya untuk menemui kelainan misalnya, bagian yang bercampur darah atau ledir. Oleh karena itu unsure – unsure patologik tidak terdapat merata, maka hasil pemeriksaan mikroskopis tidak dapat dinilai kepositifannya dengan tepat.

E. PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK

Pemeriksaan makroskopik tinja meliputi pemeriksaan:

1. Jumlah

2. Konsistensi

3. Warna

4. Bau

5. Darah

6. Lendir

7. Parasit

v Jumlah

Dalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara 100-250 gram per hari. Banyaknya tinja dipengaruhi jenis makanan ,bila banyak makan sayur jumlah tinja meningkat.

v Konsistensi

Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan berbentuk.

Pada diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair,sedangkan sebaliknya tinja yang keras atau skibala didapatkan pada konstipasi. Peragian karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja yang lunak dan bercampur gas.

v Warna

Tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah mejadi lebih tua dengan terbentuknya urobilin lebih banyak. Selain urobilin warna tinja dipengaruhi oleh :

Ø Berbagai jenis makanan

Ø Kelainan dalam saluran pencernaan

Ø Obat yang dimakan.

- Warna kuning dapat disebabkan karena susu,jagung, lemak dan obat santonin.

- Tinja yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yang mengandung khlorofil atau pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin dan porphyrin dalam mekonium.

- Kelabu mungkin disebabkan karena tidak ada urobilinogen dalam saluran pencernaan yang didapat pada ikterus obstruktif, tinja tersebut disebut akholis.Keadaan tersebut mungkin didapat pada defisiensi enzim pankreas seperti pada steatorrhoe yang menyebabkan makanan mengandung banyak lemak yang tidak dapat dicerna dan juga setelah pemberian garam barium setelah pemeriksaan radiologik.

- Tinja yang berwarna merah muda dapat disebabkan oleh perdarahan yang segar dibagian distal, mungkin pula oleh makanan seperti bit atau tomat.

- Warna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal saluran pencernaan atau karena makanan seperti coklat, kopi dan lain-lain.

- Warna coklat tua disebabkan urobilin yang berlebihan seperti pada anemia hemolitik.

- Sedangkan warna hitam dapat disebabkan obat yang yang mengandung besi, arang atau bismuth dan mungkin juga oleh melena.

v Bau

Indol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja.

Bau busuk didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein yang tidak dicerna dan dirombak oleh kuman. Reaksi tinja menjadi lindi oleh pembusukan semacam itu.

Tinja yang berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula yang tidak dicerna seperti pada diare. Reaksi tinja pada keadaan itu menjadi asam.

v Darah

Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,coklat atau hitam.

Darah itu mungkin terdapat di bagian luar tinja atau bercampur baur dengan tinja. Pada perdarahan proksimal saluran pencernaan darah akan bercampur dengan tinja dan warna menjadi hitam, ini disebut melena seperti pada tukak lambung atau varices dalam oesophagus.

Sedangkan pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darah terdapat dibagian luar tinja yang berwarna merah muda yang dijumpai pada hemoroid atau karsinoma rektum.

v Lendir

Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja.

Terdapatnya lendir yang banyak berarti ada rangsangan atau radang pada dinding usus. Kalau lendir itu hanya didapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu mungkin terletak pada usus besar. Sedangkan bila lendir bercampur baur dengan tinja mungkin sekali iritasi terjadi pada usus halus. Pada disentri, intususepsi dan ileokolitis bisa didapatkan lendir saja tanpa tinja.

v Parasit

Diperiksa pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan lain-lain yang mungkin didapatkan dalam tinja.

F. PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS

Pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan protozoa,telur cacing, lekosit, eritosit, sel epitel, kristal dan sisa makanan. Dari semua pemeriksaan ini yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap protozoa dan telur cacing.

1. Protozoa

Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru didapatkan bentuk trofozoit. Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan sebagainya.

2. Lekosit

Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan. Pada disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan peningkatan jumlah leukosit.

3. Eosinofil

Eosinofil mungkin ditemukan pada bagian tinja yang berlendir pada penderita dengan alergi saluran pencernaan.

4. Eritrosit

Hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus.Sedangkan bila lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya eritrosit dalam tinja selalu berarti abnormal.

5. Epitel

Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epitel yaitu yang berasal dari dinding usus bagian distal. Sel epitel yang berasal dari bagian proksimal jarang terlihat karena sel ini biasanya telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada perangsangan atau peradangan dinding usus bagian distal.

6. Kristal

Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin terlihat kristal tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal tripel fosfat dan kalsium oksalat didapatkan setelah memakan bayam atau strawberi, sedangkan kristal asam lemak didapatkan setelah banyak makan lemak. Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal Charcoat Leyden

7. Sisa makanan

Hampir selalu dapat ditemukan juga pada keadaan normal, tetapi dalam keadaan tertentu jumlahnya meningkat dan hal ini dihubungkan dengan keadaan abnormal.

Sisa makanan sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi berasal dari hewan seperti serat otot, serat elastic dan lain-lain. Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan lugol untuk menunjukkan adanya amilum yang tidak sempurna dicerna. Larutan jenuh Sudan III atau IV dipakai untuk menunjukkan adanya lemak netral seperti pada steatorrhoe. Sisa makanan ini akan meningkat jumlahnya pada sindroma malabsorpsi.

G. PEMERIKSAAN KIMIA

Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap darah samar

· Tes terhadap darah samar untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara makroskopik atau mikroskopik.

· Adanya darah dalam tinja selalau abnormal.

· Pemeriksaan darah samar dalam tinja dapat dilakukan dengan menggunakan tablet reagens.

· Prinsip pemeriksaan ini hemoglobin yang bersifat sebagai peroksidase akan menceraikan hidrogen peroksida menjadi air dan 0 nascens (On). On akan mengoksidasi zat warna tertent yang menimbulkan perubahan warna

· Tablet Reagens banyak dipengaruhi beberapa faktor terutama pengaruh makanan yang mempunyai aktifitas sebagai peroksidase sering menimbulkan reaksi positif palsu seperti daging, ikan sarden dan lain lain.

· Menurut kepustakaan, pisang dan preparat besi seperti ferrofumarat dan ferro carbonat dapat menimbulkan reaksi positif palsu dengan tablet reagens. Maka dianjurkan untuk menghindari makanan tersebut diatas selama 3--4 hari sebelum dilakukan pemeriksaan darah samar

Test terhadap darah samar penting untuk mengetahui adanya pendarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara makroskopis dan mikroskopis.

a. Cara dengan Benzidine Basa

1. Buatlah emulsi tinja dengan air atau dengan larutan garam kira-kira 10 ml dan panasi hingga mendidih.

2. Saring emulsi yang masih panas itu dan biarkan filtrat menjadi dingin kembali.

3. Kedalam tabung reaksi lain masukkan benzidine basa sebanyak sepucuk pisau.

4. Tambah 3 ml asam acetat glasial, kocok sampai benzidine larut dengan meninggalkan beberapa kristal.

5. Bubuhi 2 ml filtrat emulsi tinja, campur.

6. Beri 1 ml larutan hidrogen peroksida 3%.

7. Baca hasil dalam waktu 5 menit.

8. Interprestasi hasil :

( - ) tidak ada perubahan warna atau warna yang samar- samar hijau

(+1) hijau

(+2) biru bercampur hijau

(+3) biru

(+4) biru tua

b. Cara dengan Guajac

1. Buat emulsi tinja sebanyak 5 ml dalam tabung reaksi dan tambah 1 ml asam acetat glasial, campur.

2. Dalam tabung reaksi lain masukkan sepucuk pisau serbuk guajac dan 2 ml alkohol 95 %, campur.

3. Tuang dengan hati-hati isi tabung kedua kedalam tabung yang berisi tinja sehingga kedua jenis campuran tetap sebagai lapisan terpisah.

4. Hasil positif terlihat dari warna biru yang terjadi pada kedua lapisan itu.

Pemeriksaan urobilin

1. Taruhlah beberapa gram tinjadalam sebuah mortir dan campur dengan larutan mercuri chlorida 10% yang volumenya sama banyak dengan tinja itu.

2. Campur baik-baik dengan alunya.

3. Tuang bahan itu kedalam cawan datar agar mudah menguap dan biarkan selama 6 sampai 24 jam.

4. Adanya urobilin nyata oleh timbul warna merah.

Pemeriksaan bilirubin akan beraksi negatif pada tinja normal, karena bilirubin dalam usus akan berubah menjadi urobilinogen dan kemudian oleh udara akan teroksidasi menjadi urobilin. Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan pada keadaan yang menghalangi perubahan bilirubin menjadi urobilinogen, seperti pengobatan jangka panjang dengan antibiotik yang diberikan peroral, mungkin memusnakan flora usus yang menyelenggarakan perubahan tadi. Dalam tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah urobilin akan berkurang pada ikterus obstruktif, jika obstruktif total hasil tes menjadi negatif, tinja berwarna kelabu disebut akholik.

Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan terhadap tes urobilin, karena dapat menjelaskan dengan angka mutlak jumlah urobilinogen yang diekskresilkan per 24 jam sehingga bermakna dalam keadaan seperti anemia hemolitik dan ikterus obstruktif. Tetapi pelaksanaan untuk tes tersebut sangat rumit dan sulit karena itu jarang dilakukan di laboratorium. Bila masih diinginkan penilaian ekskresi urobilin dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan urobilin urine.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Tinja atau feses adalah produk buangan saluran pencernaan hewan yang dikeluarkan melalui anus atau kloaka.

Unsur-unsur dalam feses dapat diamati dengan melakukan pemeriksaan makroskopis, mikroskopis, dan kimia.

B. SARAN

Pemeriksaan feses penting untuk dilakukan untuk mengetahui unsure-unsur yang terdapat di dalamnya, selain itu pemeriksaan feses dapat mendukung diagnose pemeriksaan yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Bauer JD, Ackerman PG, Toro G. Clinical Laboratory Methods, 8 , ed, Saint Louis : The CV Mosby Company. p. 538.

Gandasoebrata R. Penuntun Laboratorium Klinic, cetakan k-4 , Penerbit Dian Rakyat 1970 ; p 152.

Hepler OE, Manual of Clinical Laboratory Methods, 4 , ed. SprinfieldIllinois USA: Charles C Thomas Publisher 1956; p 124.

Hyde TA, Mellor LD, Raphael SS. Gastrointestinal tract in MedicalLaboratory Technology . ed, Raphael SS, Lynch, MJG (eds),Philadelphia: WB Saunders Company, 1976: p. 209.

Hematest, Leaflet ; Ames Company, Division Miles Laboratory

0 komentar:

Posting Komentar

FESES

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan sisa makanan, zat hasil sekresi saluran pencernaan, epitel usus,bakteri apatogen, asam lemak, urobilin, gas indol, skatol dan sterkobilinogen. Pada keadaan patologik seperti diare didapatkan peningkatan sisa makanan dalam tinja, karena makanan melewati saluran pencernaan dengan cepat dan tidak dapat diabsorpsi secara sempurna bahan pemeriksaan tinja sebaiknya berasal dari defekasi spontan, jika pemeriksaan sangat diperlukan contoh tinja dapat diambil dengan jari bersarung dari rektum. Untuk pemeriksaan rutin dipakai tinja sewaktu dan sebaiknya tinja iiiperiksa dalam keadaan segar karena bila dibiarkan mungkin sekali unsur unsure dalam tinja menjadi rusak. Pemeriksaan tinja terdiri atas pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kimia.

B. RUMUSAN MASALAH

Ø Apakah definisi feses ?

Ø Pemeriksaan apa saja yang digunakan ?

Ø Metode apa saja yang dipakai ?

Ø Bagaimana penyimpanan dan pengiriman feses ?

C. TUJUAN PENULISAN

· Mahasiswa dapat mengetahui definisi dan cara pemeriksaan feses

· Mahasiswa dapat mengerti cara menyimpan dan melakukan pengiriman feses.

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI FESES

Tinja atau feses adalah produk buangan saluran pencernaan hewan yang dikeluarkan melalui anus atau kloaka. Pada manusia, proses pembuangan kotoran dapat terjadi (bergantung pada individu dan kondisi) antara sekali setiap satu atau dua hari hingga beberapa kali dalam sehari. Pengerasan tinja atau feses dapat menyebabkan meningkatnya waktu dan menurunnya frekuensi buang air besar antara pengeluarannya atau pembuangannya disebut dengan konstipasi atau sembelit. Dan sebaliknya, bila pengerasan tinja atau feses terganggu, menyebabkan menurunnya waktu dan meningkatnya frekuensi buang air besar disebut dengan diare atau mencret.

Bau khas dari tinja atau feses disebabkan oleh aktivitas bakteri. Bakteri menghasilkan senyawa seperti indole, skatole, dan thiol (senyawa yang mengandung belerang), dan juga gas hidrogen sulfida. Asupan makanan berupa rempah-rempah dapat menambah bau khas feses atau tinja.

B. PENGIRIMAN TINJA

Untuk mengirim tinja wadah yang digunakan sebaiknya adalah wadah yang terbuat dari kaca yang tidak bisa ditembus seperti plastik. Kalau konsistesni tinja keras,dos karton berlapis paraffin juga boleh dipakai. Wadah harus bermulut lebar.

C. PEMERIKSAAN TINJA

Pemeriksaan penting dalam tinja ialah terhadap parasit dan telur cacing. Sama pentingnya dalam keadaan tertentu adalah test darah samar.

Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan sisa makanan, zat hasil sekresi saluran pencernaan, epitel usus, bakteri apatogen, asam lemak, urobilin, gas indol, skatol dan sterkobilinogen. Pada keadaan patologik seperti diare didapatkan peningkatan sisa makanan dalam tinja, karena makanan melewati saluran pencernaan dengan cepat dan tidak dapat diabsorpsi 3 secara sempurna

· Bahan pemeriksaan tinja sebaiknya berasal dari defekasi spontan

jika pemeriksaan sangat diperlukan contoh tinja dapat diambil dengan jari bersarung dari rektum.

· Untuk pemeriksaan rutin dipakai tinja sewaktu dan sebaiknya tinja diperiksa dalam keadaan segar karena bila dibiarkan mungkin sekali unsur unsure dalam tinja menjadi rusak. Pemeriksaan tinja terdiri atas pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kimia.

D. PENANGANAN SAMPEL

Jika akan memeriksa tinja pilihlah bagian tinja yang memberikan kemungkinan sebesar besarnya untuk menemui kelainan misalnya, bagian yang bercampur darah atau ledir. Oleh karena itu unsure – unsure patologik tidak terdapat merata, maka hasil pemeriksaan mikroskopis tidak dapat dinilai kepositifannya dengan tepat.

E. PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK

Pemeriksaan makroskopik tinja meliputi pemeriksaan:

1. Jumlah

2. Konsistensi

3. Warna

4. Bau

5. Darah

6. Lendir

7. Parasit

v Jumlah

Dalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara 100-250 gram per hari. Banyaknya tinja dipengaruhi jenis makanan ,bila banyak makan sayur jumlah tinja meningkat.

v Konsistensi

Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan berbentuk.

Pada diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair,sedangkan sebaliknya tinja yang keras atau skibala didapatkan pada konstipasi. Peragian karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja yang lunak dan bercampur gas.

v Warna

Tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah mejadi lebih tua dengan terbentuknya urobilin lebih banyak. Selain urobilin warna tinja dipengaruhi oleh :

Ø Berbagai jenis makanan

Ø Kelainan dalam saluran pencernaan

Ø Obat yang dimakan.

- Warna kuning dapat disebabkan karena susu,jagung, lemak dan obat santonin.

- Tinja yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yang mengandung khlorofil atau pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin dan porphyrin dalam mekonium.

- Kelabu mungkin disebabkan karena tidak ada urobilinogen dalam saluran pencernaan yang didapat pada ikterus obstruktif, tinja tersebut disebut akholis.Keadaan tersebut mungkin didapat pada defisiensi enzim pankreas seperti pada steatorrhoe yang menyebabkan makanan mengandung banyak lemak yang tidak dapat dicerna dan juga setelah pemberian garam barium setelah pemeriksaan radiologik.

- Tinja yang berwarna merah muda dapat disebabkan oleh perdarahan yang segar dibagian distal, mungkin pula oleh makanan seperti bit atau tomat.

- Warna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal saluran pencernaan atau karena makanan seperti coklat, kopi dan lain-lain.

- Warna coklat tua disebabkan urobilin yang berlebihan seperti pada anemia hemolitik.

- Sedangkan warna hitam dapat disebabkan obat yang yang mengandung besi, arang atau bismuth dan mungkin juga oleh melena.

v Bau

Indol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja.

Bau busuk didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein yang tidak dicerna dan dirombak oleh kuman. Reaksi tinja menjadi lindi oleh pembusukan semacam itu.

Tinja yang berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula yang tidak dicerna seperti pada diare. Reaksi tinja pada keadaan itu menjadi asam.

v Darah

Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,coklat atau hitam.

Darah itu mungkin terdapat di bagian luar tinja atau bercampur baur dengan tinja. Pada perdarahan proksimal saluran pencernaan darah akan bercampur dengan tinja dan warna menjadi hitam, ini disebut melena seperti pada tukak lambung atau varices dalam oesophagus.

Sedangkan pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darah terdapat dibagian luar tinja yang berwarna merah muda yang dijumpai pada hemoroid atau karsinoma rektum.

v Lendir

Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja.

Terdapatnya lendir yang banyak berarti ada rangsangan atau radang pada dinding usus. Kalau lendir itu hanya didapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu mungkin terletak pada usus besar. Sedangkan bila lendir bercampur baur dengan tinja mungkin sekali iritasi terjadi pada usus halus. Pada disentri, intususepsi dan ileokolitis bisa didapatkan lendir saja tanpa tinja.

v Parasit

Diperiksa pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan lain-lain yang mungkin didapatkan dalam tinja.

F. PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS

Pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan protozoa,telur cacing, lekosit, eritosit, sel epitel, kristal dan sisa makanan. Dari semua pemeriksaan ini yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap protozoa dan telur cacing.

1. Protozoa

Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru didapatkan bentuk trofozoit. Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan sebagainya.

2. Lekosit

Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan. Pada disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan peningkatan jumlah leukosit.

3. Eosinofil

Eosinofil mungkin ditemukan pada bagian tinja yang berlendir pada penderita dengan alergi saluran pencernaan.

4. Eritrosit

Hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus.Sedangkan bila lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya eritrosit dalam tinja selalu berarti abnormal.

5. Epitel

Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epitel yaitu yang berasal dari dinding usus bagian distal. Sel epitel yang berasal dari bagian proksimal jarang terlihat karena sel ini biasanya telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada perangsangan atau peradangan dinding usus bagian distal.

6. Kristal

Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin terlihat kristal tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal tripel fosfat dan kalsium oksalat didapatkan setelah memakan bayam atau strawberi, sedangkan kristal asam lemak didapatkan setelah banyak makan lemak. Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal Charcoat Leyden

7. Sisa makanan

Hampir selalu dapat ditemukan juga pada keadaan normal, tetapi dalam keadaan tertentu jumlahnya meningkat dan hal ini dihubungkan dengan keadaan abnormal.

Sisa makanan sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi berasal dari hewan seperti serat otot, serat elastic dan lain-lain. Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan lugol untuk menunjukkan adanya amilum yang tidak sempurna dicerna. Larutan jenuh Sudan III atau IV dipakai untuk menunjukkan adanya lemak netral seperti pada steatorrhoe. Sisa makanan ini akan meningkat jumlahnya pada sindroma malabsorpsi.

G. PEMERIKSAAN KIMIA

Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap darah samar

· Tes terhadap darah samar untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara makroskopik atau mikroskopik.

· Adanya darah dalam tinja selalau abnormal.

· Pemeriksaan darah samar dalam tinja dapat dilakukan dengan menggunakan tablet reagens.

· Prinsip pemeriksaan ini hemoglobin yang bersifat sebagai peroksidase akan menceraikan hidrogen peroksida menjadi air dan 0 nascens (On). On akan mengoksidasi zat warna tertent yang menimbulkan perubahan warna

· Tablet Reagens banyak dipengaruhi beberapa faktor terutama pengaruh makanan yang mempunyai aktifitas sebagai peroksidase sering menimbulkan reaksi positif palsu seperti daging, ikan sarden dan lain lain.

· Menurut kepustakaan, pisang dan preparat besi seperti ferrofumarat dan ferro carbonat dapat menimbulkan reaksi positif palsu dengan tablet reagens. Maka dianjurkan untuk menghindari makanan tersebut diatas selama 3--4 hari sebelum dilakukan pemeriksaan darah samar

Test terhadap darah samar penting untuk mengetahui adanya pendarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara makroskopis dan mikroskopis.

a. Cara dengan Benzidine Basa

1. Buatlah emulsi tinja dengan air atau dengan larutan garam kira-kira 10 ml dan panasi hingga mendidih.

2. Saring emulsi yang masih panas itu dan biarkan filtrat menjadi dingin kembali.

3. Kedalam tabung reaksi lain masukkan benzidine basa sebanyak sepucuk pisau.

4. Tambah 3 ml asam acetat glasial, kocok sampai benzidine larut dengan meninggalkan beberapa kristal.

5. Bubuhi 2 ml filtrat emulsi tinja, campur.

6. Beri 1 ml larutan hidrogen peroksida 3%.

7. Baca hasil dalam waktu 5 menit.

8. Interprestasi hasil :

( - ) tidak ada perubahan warna atau warna yang samar- samar hijau

(+1) hijau

(+2) biru bercampur hijau

(+3) biru

(+4) biru tua

b. Cara dengan Guajac

1. Buat emulsi tinja sebanyak 5 ml dalam tabung reaksi dan tambah 1 ml asam acetat glasial, campur.

2. Dalam tabung reaksi lain masukkan sepucuk pisau serbuk guajac dan 2 ml alkohol 95 %, campur.

3. Tuang dengan hati-hati isi tabung kedua kedalam tabung yang berisi tinja sehingga kedua jenis campuran tetap sebagai lapisan terpisah.

4. Hasil positif terlihat dari warna biru yang terjadi pada kedua lapisan itu.

Pemeriksaan urobilin

1. Taruhlah beberapa gram tinjadalam sebuah mortir dan campur dengan larutan mercuri chlorida 10% yang volumenya sama banyak dengan tinja itu.

2. Campur baik-baik dengan alunya.

3. Tuang bahan itu kedalam cawan datar agar mudah menguap dan biarkan selama 6 sampai 24 jam.

4. Adanya urobilin nyata oleh timbul warna merah.

Pemeriksaan bilirubin akan beraksi negatif pada tinja normal, karena bilirubin dalam usus akan berubah menjadi urobilinogen dan kemudian oleh udara akan teroksidasi menjadi urobilin. Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan pada keadaan yang menghalangi perubahan bilirubin menjadi urobilinogen, seperti pengobatan jangka panjang dengan antibiotik yang diberikan peroral, mungkin memusnakan flora usus yang menyelenggarakan perubahan tadi. Dalam tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah urobilin akan berkurang pada ikterus obstruktif, jika obstruktif total hasil tes menjadi negatif, tinja berwarna kelabu disebut akholik.

Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan terhadap tes urobilin, karena dapat menjelaskan dengan angka mutlak jumlah urobilinogen yang diekskresilkan per 24 jam sehingga bermakna dalam keadaan seperti anemia hemolitik dan ikterus obstruktif. Tetapi pelaksanaan untuk tes tersebut sangat rumit dan sulit karena itu jarang dilakukan di laboratorium. Bila masih diinginkan penilaian ekskresi urobilin dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan urobilin urine.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Tinja atau feses adalah produk buangan saluran pencernaan hewan yang dikeluarkan melalui anus atau kloaka.

Unsur-unsur dalam feses dapat diamati dengan melakukan pemeriksaan makroskopis, mikroskopis, dan kimia.

B. SARAN

Pemeriksaan feses penting untuk dilakukan untuk mengetahui unsure-unsur yang terdapat di dalamnya, selain itu pemeriksaan feses dapat mendukung diagnose pemeriksaan yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Bauer JD, Ackerman PG, Toro G. Clinical Laboratory Methods, 8 , ed, Saint Louis : The CV Mosby Company. p. 538.

Gandasoebrata R. Penuntun Laboratorium Klinic, cetakan k-4 , Penerbit Dian Rakyat 1970 ; p 152.

Hepler OE, Manual of Clinical Laboratory Methods, 4 , ed. SprinfieldIllinois USA: Charles C Thomas Publisher 1956; p 124.

Hyde TA, Mellor LD, Raphael SS. Gastrointestinal tract in MedicalLaboratory Technology . ed, Raphael SS, Lynch, MJG (eds),Philadelphia: WB Saunders Company, 1976: p. 209.

Hematest, Leaflet ; Ames Company, Division Miles Laboratory

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:
Free Blog Templates